blog ini pindah ke blog baru di http://www.onenewnewss.blogspot.com/


This blog is moving to a new blog on http://www.onenewnewss.blogspot.com/

Rabu, 09 Februari 2011

Sastra dan Lain-lain Bersama Iron Maiden

Diposting Oleh Purwanto Setiadi, Rabu, 09 Februari 2011

Iron Maiden menyediakan pelarian yang menyegarkan dari tema-tema membosankan tentang seks, narkoba, dan rock'n'roll
Menyiapkan diri jauh-jauh hari untuk menonton konser Iron Maiden, saya kembali harus angkat topi tinggi-tinggi pada penulisan lagu band dari Leyton, London, yang terhitung berpengaruh dalam lanskap heavy metal ini. Harus saya akui, setelah mendengarkan kembali album-album mereka, saya jatuh hati lagi.

Impresi itu bukan semata timbul karena keterampilan sang penulis lagu dalam merangkai not yang akrab di kuping (heavy metal dan melodik, bagaimanapun, cenderung dianggap sebagai dua hal yang sulit berkarib), melainkan juga luasnya pengetahuan untuk menggali tema. Sebelum Iron Maiden, band-band heavy metal cenderung mengeksplorasi (dan bahkan mengeksploitasi) tema-tema relasi dengan perempuan, seksualitas, dan bahkan narkoba. Bukan tak ada yang menyinggung soal-soal lain di luar itu. Tapi Iron Maiden ikut mengubahnya dengan penuh percaya diri.

Sebuah tulisan di Iron Maiden Commentary menyebutkan bahwa Iron Maiden “menyediakan [jalur] pelarian yang menyegarkan dari tema-tema membosankan tentang seks, narkoba, dan rock'n'roll yang mendominasi lanskap hard rock pada 1980-an”.

Salah satu yang segera tampak dari menyimak lagu-lagu Iron Maiden sejak dari album awal mereka adalah adopsi tema atau setidaknya ekspose gaya narasi yang berpretensi sastra. Di album debut berjudul Iron Maiden (1980), Steve Harris, pendiri, pemetik bas, dan penulis lagu utama, mencomot Phantom of the Opera, novel karya Gaston Leroux (terbit pertama kali di Prancis pada 1911), untuk lagu berjudul sama.
Hampir setiap orang yang kepincut pada Iron Maiden selalu mengatakan bahwa Iron Maiden telah membukakan horizon pengetahuan yang tak terbayangkan.


Novel itu sebelumnya telah digunakan sebagai dasar sejumlah karya musik. Beberapa tahun setelah Iron Maiden, Andrew Lloyd Weber, komposer yang sangat dikenal di panggung-panggung Broadway, New York, bahkan menggubah musik --dengan sejumlah lagu --yang menjadi tulang punggung musikal panggung yang terhitung paling laris dalam sejarah.

Tapi, seperti membayangkannya lebih dulu, dari skala cerita dan kemungkinan jangkauannya, Harris menulis lagu yang sangat terasa elemen operanya.

Sesudah itu, karya sastra --di samping film, peristiwa sejarah, fiksi sains, cerita rakyat, dan terutama tentang kemanusian --terus menjadi tema sejumlah lagu Iron Maiden. Dan bahkan dengan karakteristik epik, misalnya melalui lagu-lagu berdurasi panjang dan memang berlirik epik.
Kita bisa menyimak, sebutlah, Murders in the Rue Morgue (dari cerpen misteri karya Edgar Allan Poe). Walau demikian, impaknya baru terasa setelah Bruce Dickinson bergabung mengisi posisi vokalis yang ditinggalkan Paul Di’Anno.

Dan itulah daya tarik Iron Maiden. Tanpa kita bisa memahami sepenuhnya, ada kalangan yang merasa bisa berada dalam frekuensi yang sama dengan apa yang dinyanyikan Dickinson, betapapun selubung kasat matanya adalah berbagai hal yang, katakanlah, profan atau malah terlalu “tinggi”. Yang bisa dikatakan adalah ini: hampir setiap orang yang kepincut pada Iron Maiden selalu mengatakan bahwa Iron Maiden telah membukakan horizon pengetahuan yang tak terbayangkan.

Harris selalu merasa kesulitan menjawab bila ditanya latar belakang penulisan lagu-lagunya. Dan dia mengaku bosan karena sering mendapat pertanyaan yang sama. Pada suatu kesempatan dia hanya bisa mengatakan bahwa semuanya ditulis begitu saja, apa pun yang sedang dia rasakan.
Tema bisa diambil dari berbagai hal, bisa film, buku, sejarah, atau peristiwa tertentu. “Atau apa pun yang muncul dari imajinasimu saat itu,“ katanya, “dan begitulah adanya.“

Yang pasti, di kesempatan lain, dia mengaku merasa senang lirik-lirik yang dia atau siapa pun dalam band tulis membuat penggemar Iron Maiden berpikir, merenung. Ini sesuatu yang tak diniatkannya sejak awal.

Kemampuan mengusik semacam itulah, lebih dari sekadar memberi hiburan, yang menjadi wilayah sangat terbuka untuk dieksplorasi oleh siapa pun.

Di luar sana ada banyak band yang telah mengambil kesempatan. Di sini, saya kira, masih banyak peminat musik yang berharap semakin bertambah pula musisi yang memasuki dan bahkan menjelajahinya.

0 komentar:

:10 :11 :12 :13 :14 :15 :16 :17
:18 :19 :20 :21 :22 :23 :24 :25
:26 :27 :28 :29 :30 :31 :32 :33
:34 :35 :36 :37 :38 :39

Posting Komentar